Makna yang Terkandung Dalam Tembang Lir-Ilir

Lagu yang diciptakan oleh Waliullah yang makam beliau berada di Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah ini memili banyak makna yang terkan dung didalamnya. Lagu ini seharusnya menjadi perhatian untuk para muslim di negara kita Indonesia yang mungkin kian lama kian melupakan ajaran Islam. terlebih lagi untuk para pemimpin, karena pemimpin adalah sebagai panutan bagi warganya.
Berikut adalah makna yang terkandung dalam Lirik Lagu Lir-Ilir yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Semoga dalam memahami makna lirik lagu di bawah bisa menjadi Barakah bagi kita umat Muslim. aamiin....




Lir-ilir, lir-ilir tandure wis sumilir.
Kanjeng Sunan Kalijaga mengingatkan orang-orang islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran islam dari para wali.
Tak ijo royo-royo,tak sengguh kemanten anyar. 
Hijau adalah warna kejayaan islam, dan agama islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.
 Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi.
Yang disebut anak gembala disini adalah PARA PEMIMPIN. Yaitu  orang yang mampu menjadi imam yang baik bagi makmumnya yang mengajarkan syari'at Islam. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari LIMA RUKUN ISLAM. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan LIMA RUKUN ISLAM.
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot ira.
Dodot adalah sejenis kain kebesaran jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara/saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya awet. Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan orang islam untuk TETAP BERUSAHA MENJALANKAN LIMA RUKUN ISLAM WALAUPUN BANYAK RINTANGANNYA (LICIN JALANNYA). Semua itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang jawa, AGAMA ITU SEPERTI PAKAIAN BAGI JIWA. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa. Pakaian ini diibaratkan sebagai pakaian ketaqwaan kepada Yang Maha Esa.
 Dodot iro, dodot iro kumitir bedah ing pinggir
Ini menceritakan kemerosotan moral yang telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan sobek.
 Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore.
Seba disini berarti menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti) oleh karena itu disebut PASEBAN yaitu tempat menghadap raja. Disini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang jawa memperbaiki kehidupan beragama yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar. Untuk bekal menghadap Allah SWT dihari nanti.
Mumpung gedhe rembulane, mumpung jembar kalangane.
Maksud lirik ini adalah Selagi masih banyak waktu, selagi masih muda (lapang kesempatan) , perbaikilah kehidupan beragamamu.
 Ya surako............... surak iyo................
berbahagialah bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragamanya dengan baik untuk menghadap kepada Allah SWT kelak dihari nanti.
Share on Google Plus

About moon

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang untuk menambah pengetahuan di Blog PR IPNU IPPNU Desa Gribig || Sekretariat : MI Nahdlatul Ulama Gribig 59333 Gebog Kudus Email : gribigkudus.mbm@gmail.com Admin : 085 7400 533 40